Seorang murid mendatangi gurunya..
“Guru, belakangan ini masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” katanya
“Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat.
“Ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya meringis keasinan
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, jadi mual,” jawab si murid.
Sang Guru terkekeh..
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau.
“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru
Si murid menangkupkan kedua tangannya, lalu meneguknya.
“Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid .
Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air gunung
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid
Sang Guru hanya tersenyum, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak... , Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”
Dengar kamu nak?
.
Iya.. kamu..?!
({}) ({})